Sunday, December 18, 2022
Singkat cerita pendekar jepang toyotomi hideyosi.
Saudara-saudaraku sekalian, kali ini saya ingin menceritakan kisah sejarah dari seorang pemimpin yang mampu menyatukan bangsanya setelah ratusan tahun tercerai berai. Kisah ini berasal dari negara Jepang dengan tokohnya yang bernama Toyotomi Hideyoshi.
Toyotomi Hideyoshi adalah seorang panglima perang Jepang yang pada saat itu menghadapi musuhnya bernama Tokugawa Ieyasu. Suatu ketika Hideyoshi telah siap dengna pasukan yang akan menyerang pasukan yang dipimpin oleh Ieyasu.
Namun karena keduanya benar-benar cinta terhadap tanah airnya, Jepang. Mereka berdua akhirnya bersepakat untuk berunding dan bernegosiasi.
Hideyoshi mengatakan, “Anda melihat tentara saya di belakang ini? Jumlah mereka puluhan ribu dan siap perang. Mereka berani dan hadal di medan pertempuran. Saya juga melihat pasukanmu cukup banyak, mereka juga disiplin dan kuat,”
“Besok ada dua pilihan, ketika peperangan pecah dan salah satu di antara kita akan menjadi pemenang. Saya yakin, saya menang. Anda yakin, anda menang. Tapi siapa pun yang menang, akan menelan banyak korban. Pasukan anda dan saya banyak dari pemuda-pemuda, mereka akan mati dan cacat. Orang tua mereka akan menangis, karena putranya mati di peperangan”
“Kenapa kita harus berperang esok hari? Saya tahu anda cinta Jepang. Saya pun demikian. Anda mau persatukan Jepang, saya pun demikian. Marilah kita kerja sama untuk sama-sama mempersatukan Jepang”
Ieyasu pun sepakat dengan perkataan Hideyoshi, “Anda benar. Anak-anak Jepang ini hebat-hebat, setia dan masih muda”
Akhirnya pada saat itu, banyak orang tua yang tidak menangis karena melihat putra-putranya kembali ke rumah tanpa kurang satu pun.
Dari secuplik cerita ini dapat kita mengambil pelajaran, bahwa seorang pendekar hormat bukan berarti menyerah. Sopan bukan berarti meninggalkan perjuangan. Ia harus selalu mencari jalan yang damai, jalan yang baik, menempatkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya.
Seorang pendekar mampu mengalahkan perasaan pribadinya demi merawat persatuan kesatuan bangsa dan rakyatnya.
Saudara-saudaraku sekalian, kali ini saya ingin menceritakan kisah sejarah dari seorang pemimpin yang mampu menyatukan bangsanya setelah ratusan tahun tercerai berai. Kisah ini berasal dari negara Jepang dengan tokohnya yang bernama Toyotomi Hideyoshi.
Toyotomi Hideyoshi adalah seorang panglima perang Jepang yang pada saat itu menghadapi musuhnya bernama Tokugawa Ieyasu. Suatu ketika Hideyoshi telah siap dengna pasukan yang akan menyerang pasukan yang dipimpin oleh Ieyasu.
Namun karena keduanya benar-benar cinta terhadap tanah airnya, Jepang. Mereka berdua akhirnya bersepakat untuk berunding dan bernegosiasi.
Hideyoshi mengatakan, “Anda melihat tentara saya di belakang ini? Jumlah mereka puluhan ribu dan siap perang. Mereka berani dan hadal di medan pertempuran. Saya juga melihat pasukanmu cukup banyak, mereka juga disiplin dan kuat,”
“Besok ada dua pilihan, ketika peperangan pecah dan salah satu di antara kita akan menjadi pemenang. Saya yakin, saya menang. Anda yakin, anda menang. Tapi siapa pun yang menang, akan menelan banyak korban. Pasukan anda dan saya banyak dari pemuda-pemuda, mereka akan mati dan cacat. Orang tua mereka akan menangis, karena putranya mati di peperangan”
“Kenapa kita harus berperang esok hari? Saya tahu anda cinta Jepang. Saya pun demikian. Anda mau persatukan Jepang, saya pun demikian. Marilah kita kerja sama untuk sama-sama mempersatukan Jepang”
Ieyasu pun sepakat dengan perkataan Hideyoshi, “Anda benar. Anak-anak Jepang ini hebat-hebat, setia dan masih muda”
Akhirnya pada saat itu, banyak orang tua yang tidak menangis karena melihat putra-putranya kembali ke rumah tanpa kurang satu pun.
Dari secuplik cerita ini dapat kita mengambil pelajaran, bahwa seorang pendekar hormat bukan berarti menyerah. Sopan bukan berarti meninggalkan perjuangan. Ia harus selalu mencari jalan yang damai, jalan yang baik, menempatkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya.
Seorang pendekar mampu mengalahkan perasaan pribadinya demi merawat persatuan kesatuan bangsa dan rakyatnya.
Saudara-saudaraku sekalian, kali ini saya ingin menceritakan kisah sejarah dari seorang pemimpin yang mampu menyatukan bangsanya setelah ratusan tahun tercerai berai. Kisah ini berasal dari negara Jepang dengan tokohnya yang bernama Toyotomi Hideyoshi.
Toyotomi Hideyoshi adalah seorang panglima perang Jepang yang pada saat itu menghadapi musuhnya bernama Tokugawa Ieyasu. Suatu ketika Hideyoshi telah siap dengna pasukan yang akan menyerang pasukan yang dipimpin oleh Ieyasu.
Namun karena keduanya benar-benar cinta terhadap tanah airnya, Jepang. Mereka berdua akhirnya bersepakat untuk berunding dan bernegosiasi.
Hideyoshi mengatakan, “Anda melihat tentara saya di belakang ini? Jumlah mereka puluhan ribu dan siap perang. Mereka berani dan hadal di medan pertempuran. Saya juga melihat pasukanmu cukup banyak, mereka juga disiplin dan kuat,”
“Besok ada dua pilihan, ketika peperangan pecah dan salah satu di antara kita akan menjadi pemenang. Saya yakin, saya menang. Anda yakin, anda menang. Tapi siapa pun yang menang, akan menelan banyak korban. Pasukan anda dan saya banyak dari pemuda-pemuda, mereka akan mati dan cacat. Orang tua mereka akan menangis, karena putranya mati di peperangan”
“Kenapa kita harus berperang esok hari? Saya tahu anda cinta Jepang. Saya pun demikian. Anda mau persatukan Jepang, saya pun demikian. Marilah kita kerja sama untuk sama-sama mempersatukan Jepang”
Ieyasu pun sepakat dengan perkataan Hideyoshi, “Anda benar. Anak-anak Jepang ini hebat-hebat, setia dan masih muda”
Akhirnya pada saat itu, banyak orang tua yang tidak menangis karena melihat putra-putranya kembali ke rumah tanpa kurang satu pun.
Dari secuplik cerita ini dapat kita mengambil pelajaran, bahwa seorang pendekar hormat bukan berarti menyerah. Sopan bukan berarti meninggalkan perjuangan. Ia harus selalu mencari jalan yang damai, jalan yang baik, menempatkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya.
Seorang pendekar mampu mengalahkan perasaan pribadinya demi merawat persatuan kesatuan bangsa dan rakyatnya.
Saudara-saudaraku sekalian, kali ini saya ingin menceritakan kisah sejarah dari seorang pemimpin yang mampu menyatukan bangsanya setelah ratusan tahun tercerai berai. Kisah ini berasal dari negara Jepang dengan tokohnya yang bernama Toyotomi Hideyoshi.
Toyotomi Hideyoshi adalah seorang panglima perang Jepang yang pada saat itu menghadapi musuhnya bernama Tokugawa Ieyasu. Suatu ketika Hideyoshi telah siap dengna pasukan yang akan menyerang pasukan yang dipimpin oleh Ieyasu.
Namun karena keduanya benar-benar cinta terhadap tanah airnya, Jepang. Mereka berdua akhirnya bersepakat untuk berunding dan bernegosiasi.
Hideyoshi mengatakan, “Anda melihat tentara saya di belakang ini? Jumlah mereka puluhan ribu dan siap perang. Mereka berani dan hadal di medan pertempuran. Saya juga melihat pasukanmu cukup banyak, mereka juga disiplin dan kuat,”
“Besok ada dua pilihan, ketika peperangan pecah dan salah satu di antara kita akan menjadi pemenang. Saya yakin, saya menang. Anda yakin, anda menang. Tapi siapa pun yang menang, akan menelan banyak korban. Pasukan anda dan saya banyak dari pemuda-pemuda, mereka akan mati dan cacat. Orang tua mereka akan menangis, karena putranya mati di peperangan”
“Kenapa kita harus berperang esok hari? Saya tahu anda cinta Jepang. Saya pun demikian. Anda mau persatukan Jepang, saya pun demikian. Marilah kita kerja sama untuk sama-sama mempersatukan Jepang”
Ieyasu pun sepakat dengan perkataan Hideyoshi, “Anda benar. Anak-anak Jepang ini hebat-hebat, setia dan masih muda”
Akhirnya pada saat itu, banyak orang tua yang tidak menangis karena melihat putra-putranya kembali ke rumah tanpa kurang satu pun.
Dari secuplik cerita ini dapat kita mengambil pelajaran, bahwa seorang pendekar hormat bukan berarti menyerah. Sopan bukan berarti meninggalkan perjuangan. Ia harus selalu mencari jalan yang damai, jalan yang baik, menempatkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya.
Seorang pendekar mampu mengalahkan perasaan pribadinya demi merawat persatuan kesatuan bangsa dan rakyatnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment